Free download

News Update :
Home » , , , , , , , » [Moview-Review] Serdadu Kumbang - Sebuah potret pendidikan

[Moview-Review] Serdadu Kumbang - Sebuah potret pendidikan

Penulis : MJH 08 on Thursday, August 23, 2012 | 4:08 AM

[Moview-Review] Serdadu Kumbang - Sebuah Sindiran Dan Potret Pendidikan di Indonesia



Setelah hasil UNAS diumumkan, minun berkuda menuju bukit Mantar, menuju pohon harapan. Disitu tergantung begitu banyak botol-botol berisikan kertas yang bertulis cita-cita, bertulis impian.
Minun memanjat hingga tinggi berusaha menggapai botol impiannya, menggapai dan terus menggapai. Akankah Tuhan mengabulkan impiannya?


Di tengah maraknya ketidakjujuran dalam lembaga pendidikan, orang semakin mempertanyakan dan bersama-sama prihatin tentang kualitas pendidikan di negeri ini.

Ruang kelas hanyalah tempat mengajar dan bukan mendidik. Otak-otak siswa dibiarkan menyerap angka, hafalan dan logika tanpa diimbangi dengan keseimbangan moral dan kesejukan hati. Only knowledge but not life skill.

Akibatnya di negeri ini banyak orang pintar tapi tidak cerdas hati. Banyak sudah sederet panjang cacat moral yang hampir setiap hari menjadi headline di media massa. Bosan sekali rasanya..

Ari Sihasale dan Nia Zulkarnain begitu jeli dan peduli melihat fenomena ini, mereka pun konsisten memproduseri dan kadang menyutradarai sendiri film-film yang bernuansakan pendidikan. Yang paling baru adalah film yang bernama “Serdadu Kumbang”

Film ini mengisahkan seorang tokoh sentral bernama Amek (Yudi Miftahudin) , seorang anak SD berbibir sumbing yang punya cita-cita tinggi ingin menjadi penyiar berita. Hobinya adalah mendengarkan berita di TV dan “menyiarkan” nya kembali di jendela dengan frame kayu.

Ayah Amek adalah seorang TKI di Malaysia sedangkan ibunya penjual jajanan di kampung, kakaknya Minun adalah siswi SMP yang sangat cerdas.

Amek pandai sekali berhitung dan berkuda tapi sering bolos sekolah. Ia malas sekolah karena ia selalu dihukum push up dan lari keliling lapangan oleh Pak Alim (Lukman Sardi).

Bersama Amek kita diajak menjelajah 3 ruang, yang pertama cermin pendidikan di Indonesia, Yang Kedua karakter manusia yang majemuk, dan yang ketiga indahnya alam Sumbawa


Cermin pendidikan

  • Hukuman militer yang diterapkan Pak Alim tidak manusiawi, terlambat dihukum push up, sit up hingga ada yang pingsan karena kelelahan,  mendidikkah ini? Yang ada adalah Pak Alim menanamkan sifat kebencian
  • Pendidikan Alternatif : Ditunjukkan oleh Papin dan dan Bu Guru Imbok. Papin mengajarkan nilai-nilai moral dan agama dengan penuh kelembutan, anak-anak yang awalnya dianggap nakal sebenarnya mereka patuh dan taat. Bu Guru Imbok mengajarkan pendidikan untuk semua, baca tulis untuk masayarakat yang masih buta huruf, mengajar melalui cerita sekaligus menyampaikan pesan-pesan moral dari yang dipelajari. Semuanya disampaikan dengan simpatik dan atraktif, walau ruang kelas hanya berada di bawah rumah panggung dengan alat tulis yang seadanya pula
  • Begitu horornya UNAS sehingga para orangtua menghalalkan segala cara termasuk mengorbankan akidah, dan begitu horornya UNAS sehingga nasib seorang anak walau pandai dan berprestasi  bisa juga gagal dalam 3 hari
"Pendidikan macam apa yang kalian cita-citakan itu hah saya tidak bangga kalau cucu saya cerdas di kepala tapi tidak cerdas di dalam hati" (Papin Haji Maesa)

Karakter yang majemuk

  • Ada bang Zakaria (Asrul Dahlan)  ayah Amek, cermin TKI yang pulang kampung, mentereng dengan emas imitasi, bercerita selama berhari-hari tentang kisah di tanah rantau, berubahnya dialek menjadi aksen Melayu.
  • Ada Papin / kakek Haji (Putu Wijaya) yang begitu kharismatik dan bijak. Amek yang punya kecerdasan aritmatik, Bu Guru Imbok (Ririn Ekawati) yang penuh dedikasi dan idealis, Kepala sekolah yang tidak tegas dan sering berbohong, Siti Aisyah (Titi Sjuman) ibu Amek yang gigih menghidupi keluarganya.

Indahnya Alam Sumbawa

  • Sumbawa memang elok dengan savanna, bukit ,pantai, dan lautnya. Masih asri dan alami. Ada 1 scene dimana Amek, Umbe dan Acan memancing di laut diatas perahu sambil beratapkan langit malam yang penuh bintang dan temaram rembulan
  • Kuda menjadi status social tersendiri bagi pemiliknya.
  • Saya pernah menyaksikan sendiri bahwa memang anak-anak banyak yang sudah mahir berkuda, menjadi joki di arena pacuan

Plus

Film ini menjadi air penyejuk di tengah jengahnya film horor dan erotism. Pas release di saat liburan sekolah, pas juga momennya di tengah isu Gadel. Idealis dan cukup konsisten keluar dari alur.
Pesan moral dari film ini
  • ·     jangan menyerah untuk mengejar cita-citamu, teruslah berusaha walau engkau dirundung keterbatasan dan kesedihan
  • ·    Pendidikan yang baik bukanlah sekadar nilai akademis akan tetapi juga nilai moral. Life Skills (keberanian, kesabaran, tidak mudah putus asa, integritas, social skills) yang membuat anak bertahan hidup dengan lebih baik, bijak dan bersahaja.

Minus

·        Kurang fokus. Sedikit melebar kemana-mana
       Adanya scene dengan Ketut memberikan pelajaran tentang hewan laut dan pelepasan penyu ke lautan lepas bersama-sama antara SD Mantar dan sekolah Elite terkesan dipaksakan. Yah memang mereka menjadi sponsor utama tapi ada upaya pencitraan sementara mereka / perusahaan asing terus mengeruk kekayaan di negeri ini dan kadang hingga mencemari lingkungan. The New VOC kata Pak Habibie

Overall merupakan tayangan yang cukup layak tonton. Semoga bisa menginspirasi
Rating versi @astu_MD : 7,2/10

Sindir Sistem Pendidikan

Zakaria, ayah dari seorang  anak yang berprestasi, dengan piala dan piagam penghargaan bertumpuk, marah meledak-ledak di pelataran sekolah SMP anaknya. Menyemprotkan amarahnya tepat di depan muka Pak Opan, sang kepala SMP tersebut. Minun, anak cerdas yang dibangga-banggakannya tak lulus Ujian Nasional (UN), pun semua teman seangkatannya, 100% tidak lulus.
Secuil kisah tersebut adalah adegan yang paling berkesan bagi saya ketika menyaksikan film Serdadu Kumbang. Selain tentu saja, banyak pesan-pesan positif lain yang sangat bermakna. Adegan tersebut memang berisi pesan klasik yang sering diungkapkan oleh para pemerhati pendidikan nasional tentang bobroknya sistem Ujian Nasional. Klasik, tapi memang sangat tepat Ari Sihasale (Ale) mengangkatnya lagi dalam filmnya ini. Perjuangan TIGA TAHUN, hasilnya ditentukan hanya dalam waktu TIGA HARI saja.
Gantungkan cita-cita setinggi langit, jangan cuma sampai di dahan-dahan pohon saja. Amek, Acan, dan Umbe dengan berbagai keterbatasan dan kelebihannya berhasil ditampilkan oleh Ale menjadi contoh yang baik bagi anak-anak bangsa ini untuk tidak pernah berhenti bercita-cita.
Sedikit kritik dari saya yang awam di dunia perfilman, Serdadu Kumbang masih seperti film Indonesia kabanyakan, yang plot dan alur ceritanya terkesan kabur dan tidak jelas. Perpindahan plot terkesan saling loncat. Pun pengenalan tokoh-tokoh dalam film yang terkesan seadanya. Sebagai contoh, tokoh yang diperankan oleh Surya Saputra (saya sampai lupa nama tokoh itu) yang awalanya saya kira memiliki bagian yang kuat dalam film ini, hanya tampil selintas saja tanpa meninggalkan pengaruh pada tema film. Mungkin ini bisa difahami, mengingat PT Newmont Nusa Tenggara (perusahaan tempat sang tokoh bekerja) turut mensponsori film ini.
Namun, pada akhirnya saya pribadi tetap memberikan dua acungan jempol bagi duet kompak Ari Sihasale dan Nia Zulkarnae yang konsisten dan memiliki komitmen yang kuat untuk berkontribusi bagi perbaikan pendidikan nasional. Paling tidak ini dibuktikan dengan karya-karya mereka yang cukup bagus, sebut saja Denias Senandung di atas Awan, Garuda di Dadaku, Liburan Seru (2008), King (2009), dan Tanah Air Beta (2010).
Semoga makin banyak sineas-sineas negeri ini yang menghasilkan karya serupa di tengah serbuan film-film horor yang sama sekali tak mendidik.






















Share this article :

Post a Comment

 
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Copyright © 2011. mjh 08 . All Rights Reserved.
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger